Klaten, saktenane.com
Petugas Pelaut Baja diamuk orang gila. Mengawal program Pelayanan Jemput Bola alias Pelaut Bala yang hampir setahun diluncurkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Klaten untuk merekam data penduduk, menyisakan pengalaman tak terlupakan Sri Hartanto yang menjabat sebagai Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk Disduk capil Klaten dan kawan-kawan.
Tidak saja harus menyusuri rumah ke rumah milik warga di pelosok, tapi ada momen yang sangat menegangkan harus dialami petugas saat itu. Salah satunya detik-detik menegangkan itu adalah saat harus menghadapi penduduk yang belum rekam KTP elektronik yang mengalami gangguan jiwa.
“Kami bertiga dengan staf teknis seperti biasa mengunjungi rumah warga yang sudah ditentukan. Alat sudah lengkap termasuk mobil keliling. Data di tempat kami hanya keterangan nama, NIK dan nomor KK penduduk. Tidak tahunya, salah satu yang belum rekam KTP itu orang dengan gagguan jiwa alias gila. Mungkin karena takut, kami diamuk” jelas Sri Hartanto saat bincang-bincang (Kamis, 13/08/20).
Beruntung tambah Hartanto ada pihak keluarga yang membantu. Mengingat alat-alat yang harus dibawa petugas cukup vital seperti kamera, alat rekam iris mata, alat sidik jari dan komputer.
“Kejadian akan diamuk itu kalo tidak salah di Kecamatan Cawas dan Kecamatan Ngawen, Klaten. Kalau tidak salah 5 Agustus 2020 lalu. Karena kebetulan kami waktu itu dengan seragam putih, sehingga dikira kami ini petugas medis. Mungkin tampang kami seperti dokter kali” kata Sri Hartanto sambil tertawa.
Dijelaskan program Pelaut Bala ini bersifat khusus, yakni hanya melayani kelompok lansia, disabilitas termasuk memiliki gangguan jiwa yang belum rekam KTP. Untuk mendapatkan layanan ini, kata Sri cukup dengan membuat ajuan tertulis ke Disdukcapil mengetahui kepala desa. Setiap desa sudah ada operator yang biasa mengurusi kependudukan. Surat ajuan yang masuk nanti akan dibuatkan jadwal untuk dikunjungi.
Terkait kelanjutan program Pelaut Bala ke depan Sri Hartanto menjelaskan menargetkan seluruh desa/ kelurahan di Klaten bisa dilayani.
“Semoga 401 desa/kelurahan di Klaten bisa kami kunjungi. Kami senang ketika bisa membantu warga. Yang penting ikhlas saja. Termasuk harus rela diamuk orang gila “ ujar Sri Hartanto. (red)