Klaten, saktenane.com
Pembangunan rumah mikro menjadi salah satu daya tarik pada Biennale Bank Sampah Tahun 2020 di Ruang Bersama Tanah Aer di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten yang akan berlangsung dari tanggal 23 sampai dengan 30 Juli 2020.
Rumah mikro akan dirakit selama pameran dan diharapkan bisa diluncurkan saat penutupan, 30 Juli mendatang. Acara yang dibuka oleh Asisten II Setda Kabupaten Klaten Wahyu Prasetyo itu menampilkan seni dua dimensi dan tiga dimensi, seni instalasi, workshop, menggambar di kertas daur ulang, pertunjukkan seni dan diskusi. Semua bertema lingkungan dan dibuat dari sampah dan barang bekas.
Menurut Direktur Biennale Bank Sampah Klaten Temanku Lima Benua, rumah mikro bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah agar bisa punya hunian, meski di lahan yang terbatas.
“Rumah berukuran sekitar 2 x 3 meter berbahan limbah itu hanya dilengkapi kamar mandi, dapur mungil, ruang tamu dan kamar tidur di atas kamar mandi dan dapur,” ucapnya, Kamis (23/07/2020).
Temanku Lima Benua atau yang akrab disapa Liben ini mengatakan, saat ini harga rumah itu mahal, sehingga tak terbeli oleh orang-orang yang berpenghasilan minim.
“Rumah mikro ini memanfaatkan limbah besi yang bisa dibeli Rp 5.500 per kilogram, jadi untuk satu rumah hanya butuh sekitar 5 juta rupiah saja, ukurannya kecil dan bisa menjadi pilihan bagi yang ingin mandiri,tinggal misah dari orang tua,’’ tuturnya.
Acara yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Klaten dan Sanggar Lima Benua ini menampilkan karya seniman berbahan limbah dan kreasi Bank Sampah.
Bupati Klaten dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten II Wahyu Prasetyo, sangat mengapresiasi atas gelaran pameran sebagai wadah menggali inovasi. Ia juga mendorong dengan berbagai produk kerajinan yang dihasilkan dari pengolahan sampah.
Untuk mengurangi sampah di Kabupaten Klaten, menurut Bupati, seluruh elemen masyarakat harus bekerjasama dan memaksimalkan pengolahan sampah dengan sebaik-baiknya. Sehingga sampah pada akhirnya nanti tidak menimbulkan masalah, namun dengan sentuhan tangan-tangan terampil sampah kembali dapat dirubah menjadi barang yang lebih bermanfaat.
Sementara itu, Kepala DLHK Kabupaten Klaten, Srihadi dalam laporannya menyampaikan, saat ini dibanyak daerah dan kota urusan sampah sering menjadi masalah. Dari dampak pencemaran lingkungan mengotori sungai sampai konflik sosial akibat manajamen yang salah dalam tata kelola sampah menjadi persoalan yang melingkupi.
“Di Klaten semua hal tersebut tidak boleh terjadi, perilaku masyarakat harus dibangun dan ditanamkan dengan pembiasaan sikap positif melalui peduli kebersihan dan gerakan sosial pemulihan lingkungan,” ujarnya.(red)